Beranda » Kolom Komunikasyik » Praktisi Komunikasi: Menjadi Buzzer Politik Itu Halal

Praktisi Komunikasi: Menjadi Buzzer Politik Itu Halal

T Diposting oleh pada 20 November 2020
F Kategori
b Komentar Dinonaktifkan pada Praktisi Komunikasi: Menjadi Buzzer Politik Itu Halal
@ Dilihat 692 kali

Menjadi Buzzer Politik Itu Halal
Oleh: Yons Achmad
(Praktisi Komunikasi.CEO Komunikasyik.com)

Apakah jadi buzzer politik itu haram? Tidak. Boleh-boleh saja dan halal. Datangnya era media sosial menjadikan siapapun memungkinkan terjun bahkan menjadikannya sebagai profesi. Artinya, dia mendapatkan penghasilan dari sana. Hanya, kadang yang sering dilupakan, ketika seseorang telah menjadikan pekerjaannya sebagai profesi, maka ada etika yang harus dipegang erat. Ya, setiap profesi pasti ada etikanya. Tanpa itu, dia akan menghalalkan segala macam cara.

Modal seorang buzzer kecil saja. Cukup punya akun media sosial. Contoh Twitter, Facebook atau Youtube. Tapi, sebenarnya itu cuma perangkat teknis saja, sekadar alat (media). Modal terbesar seorang buzzer sebenarnya adalah konten (pikiran). Ditambah keterampilan (skill) menulis dan mengedit video  sebagai jalan pengemasan sehingga bisa menarik perhatian.

Ada yang bilang, idealnya seorang buzzer adalah membela gagasan bukan orang. Betul, saya sepakat dengan pernyataan demikian. Tapi, dalam praktiknya yang membayar seorang buzzer adalah orang per orang. Ini yang memaksa (menjebak) seorang buzzer untuk membela junjungannya. Benar atau salah. Membabi buta, membela yang bayar. Sudah mirip dengan anjing peliharaan. Memang, ada juga yang membayar orang ketiga, tapi buzzer tetap tahu siapa yang mesti dibela.

Tapi, apakah ada buzzer politik yang tak dibayar? Banyak. Pembelaannya kepada seseorang atau isu didasarkan atas dasar tanggungjawab pribadi, kontribusi pribadi untuk sebuah kepentingan tertentu. Biasanya, buzzer demikian lebih slow. Berbeda dengan buzzer-buzzer bayaran. Tapi, terlepas dari buzzer “Bayaran” dan buzzer “Relawan” sama-sama tetap perlu etika.

Di sini, etika profetik (berbasis kenabian) relevan. Basisnya adalah semangat untuk mempromosikan kebaikan berdimensi amar makruf (humanisasi), kontra kejahatan atau kezaliman berbasis nahi munkar (liberasi). Dan yang ketiga ini paling penting, spirit dimensi ketuhanan (transedensi). Kita bisa lihat dari apakah yang kita bela itu peduli terhadap syiar-syiar kebaikan atau justru menghambatnya. Inilah pegangan yang perlu dijadikan lendasan etika dalam praktik per-buzzeran. Mungkin terkesan normatif, tapi tanpa landasan normatif, keliaran  dan kegilaan macam apa lagi yang bakal dipertontonkan?

Jadi, bagi saya membela orang baik saja tidak cukup. Ketika seseorang yang kita bela banyak keluarkan kebijakan-kebijakan yang merusak dan menindas, cukup sudah. “Aku mundur alon-alon”. Belum lagi, kalau ketika ada yang terang-terangan misalnya melecehkan ajaran agama tertentu, menghambat syiar (dakwah) kebaikan, maka bukan saja tak perlu dibela, tapi harus dilawan.

Hanya saja, praktik buzzer ini sebenarnya adalah pertarungan gagasan. Peperangan berbasis ide dan pemikiran. Kalau diseret misalnya masuk ke level kekerasan fisik, persekusi, maka menjadikannya tidak sehat.  Gagasan  harus dibalas gagasan. Memang, kerap membuat panas dan lelah. Ya, begitulah,  hanya yang punya daya tahan pikiran saja yang bakal bisa terus eksis dalam kancah dunia perbuzzeran ini. Walaupun begitu, dunia buzzer tentu bukan segalanya.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka, tidaklah kamu memahaminya?  (QS Al-Anam ayat 32).

Begitu kawan…

Komentar dinonaktifkan: Praktisi Komunikasi: Menjadi Buzzer Politik Itu Halal

Maaf, form komentar dinonaktifkan untuk produk/artikel ini

a Artikel Terkait Praktisi Komunikasi: Menjadi Buzzer Politik Itu Halal

Fahri Hamzah, Plonga-Plongo dan Kegemasan Politik

T 2 September 2021 F A admin

Fahri Hamzah, Plonga-Plongo dan Kegemasan Politik Oleh: Yons Achmad (Pengamat Komunikasi, tinggal di Depok) Dalam politik, usaha politisi untuk bisa terkenal dan jadi perbincangan media itu harga mati. Persoalan dikenal baik atau buruk, itu persoalan lain. Itulah yang dilakukan Fahri... Selengkapnya

Komunikasi Empati Atas Tragedi

T 11 Januari 2021 F A admin

Awal tahun tragedi kembali terjadi. Kali ini tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 yang memakan banyak korban jiwa. Setiap datangnya tragedi, saat itu juga empati kita diuji. Empati yang paling berkontribusi (berguna) tentu saja sebuah aksi.... Selengkapnya

Bahaya “Jurnalisme Omongan” Pejabat

T 29 Juli 2021 F A admin

  Bahaya “Jurnalisme Omongan” Pejabat Oleh: Yons Achmad (Pengamat Komunikasi. Pendiri Komunikasyik.com) Apa itu “Jurnalisme Omongan” pejabat? Praktik jurnalisme yang mungkin tak pernah diajarkan bahkan dianjurkan di kampus-kampus Ilmu Komunikasi. Tapi, kehadirannya sering mewarnai media cetak maupun online di tanah... Selengkapnya

+ SIDEBAR

Ada Pertanyaan? Silakan hubungi kami untuk informasi lengkapnya.

Talkshow Komunikasyik: Kreativitas Digital Raih Finansial

Talkshow Komunikasyik: Komunikasi Wisata Pandemi

Talkshow Komunikasyik: Berkomunikasi dengan Al-Quran