Pelajaran Film “The Super Mario Bros”

super mario bros

Pelajaran Film “The Super Mario Bros”
Oleh: Yons Achmad
(Pengamat Komunikasi. Pendiri Komunikasyik.com)

Nonton ke bioskop, bukan perkara filmnya, tapi perkara dengan siapa menontonnya. Ahai, becanda Bosque. Suatu senja penuh cinta, anak saya (Jingga Kanaya) spontan bilang, “Ayah, ayo kita nonton bioskop?” “Emang kamu tahu kak bioskop kayak apa?” “Nggak tahu sih.” Wajahnya tampak sedih, dengan gaya bahasa demikian, biasanya jadi semacam penolakan halus dari saya, ayahnya. Tapi, entah kenapa senja itu saya iyakan saja. “Oke Kak, ayo kita ke bioskop.”

“Yakin yah?”
“Yakiiin”
“Yeeeee, ke bioskop”

Saya sebenarnya kebelet nonton film Buya Hamka. Sayang belum tayang. Film yang pas buat anak-anak satu saja, judulnya “The Super Mario Bros”. Ceritanya aman buat anak-anak. Film bergenre animasi dan komedi ini bercerita tentang petualangan kakak beradik, Mario dan Luigi. Punya mimpi besar menjadi tukang ledeng nomor satu di Kota Brooklyn.

Suatu ketika, kota mereka kebanjiran, aliran pipa mampet. Peluang datang, pikir Mario. Jika mereka berhasil atasi mampetnya pipa itu, maka dia bakal menjadi terkenal. Dibantu adiknya, Luigi, mereka memeriksa pipa itu. Sayang, mereka malah tersedot ke dunia lain. Mario tersedot ke Kerajaan Jamur, sementara, Luigi masuk ke dunia “Dark Land”. Saat masuk ke Kerajaan Jamur dan bertemu Princess Peach, Mario baru tahu kalau Luigi masuk ke dunia yang berbahaya dan menyeramkan. Maka, misi penyelamatan Luigi pun dimulai. Seru dan lucu. Kami tertawa lepas bersama. Adakah yang lebih indah dari bisa tertawa lepas bersama anak? Sungguh momentum yang tak tergantikan.

Perkara pelajaran. Tentu banyak juga. Diantaranya:

Pertama, pelajaran tentang ide unik dan sederhana. Dalam sebuah cerita baik novel maupun film, biasanya sang tokoh utama punya profesi yang “wah”. Seperti politisi, pengacara, dokter dan seterusnya. Pada film ini sungguh lain, seorang “Tukang Ledeng”. Sungguh, ide unik diluar kebiasaan. Sebuah pelajaran lain, apapun profesinya, kalau dikerjakan secara sungguh-sungguh, totalitas, pasti menghasilkan. Kesederhanaan jalan cerita juga demikian. Dalam realitas kehidupan manusia, kerumitan, kompleksitas, keruwetan hidup jadi bagian dari keseharian. Maka, film dengan cerita sederhana menjadi semacam oase penonton untuk bisa rehat sejenak dari dunia nyata, menyaksikan tayangan yang lucu, asyik dan menghibur.

Kedua, pelajaran tentang kreativitas. Super Mario berawal dari permainan gim (game) yang beberapa kali diadaptasi ke layar lebar dengan beragam judul misalnya Super Mario Bros.: The Great Mission to Rescue Princess Peach! (1986) dan Super Mario Bros. (1993). Sayangnya gagal. Kini Illumination, Universal Studios, dan Nintendo bergandeng tangan memproduksi film animasi The Super Mario Bros. Movie (2023) yang tayang di Indonesia sejak Rabu, 5 April 2023. Berhasil. Menyedot banyak penonton. Kali ini, memang bukan misi menyelamatkan sang putri, tapi misi menyelamatkan sang adik, Luigi dari dunia kegelapan yang dikuasi oleh Bowser. Ubah sedikit cerita, dikemas dalam animasi yang aduhai. Meledak. Hasilnya, sukses di box office dengan total pendapatan mencapai 14 Triliyun secara global.

Ketiga, pelajaran tentang persahabatan. Pelajaran ini yang diambil anak saya setelah selesai menonton film ini. Persahabatan erat antara kakak (Mario) dan adik (Luigi) yang awalnya disepelekan sebagai tukang ledeng, tapi terus memegang erat mimpinya bersama. Saling menolong, saling mendukung. Sang kakak selalu menjadi pelindung bagi adiknya.

Ini memang bukan kritik film. Tapi sekadar apresiasi singkat dari penonton awam. Saya hanya berkesimpulan. Kalau film bisa dikatakan sebagai media komunikasi, maka boleh dikatakan film ini berhasil. Penonton dimanjakan dengan kreativitas visual yang memukau, petualangan yang seru, lucu, bisa mengundang tawa, plus jalan cerita yang sederhana, mudah dipahami, menjadikan film ini cocok ditonton secara aman bersama keluarga. Sungguh, pelajaran penting bagi sineas, khususnya sineas muslim muda di tanah air. []