Menyoal Video Viral Penculikan Anak

viral berita penculikan anak

Menyoal Video Viral Penculikan Anak
Oleh: Yons Achmad
(Ketua Gerakan Penyiaran Ramah Anak/GEPRA. Pendiri Komunikasyik.com)

Viral video di media sosial (medsos) yang dinarasikan sebagai penculikan anak dimasukkan karung di Bekasi. Dilansir dari Detik.com ( 30/1/23), disebut-sebut penculikan tersebut terjadi di wisma Asri, Bekasi. “Kejadian di perumahan Wisma Asri, Bekasi. Nggak segan-segan masuk ke dalam rumah. Anak dibius dan dimasukkan ke dalam karung (terekam CCTV). Tetap waspada” Begitu narasi yang beredar.

Kapolsek Bekasi Utara, Kompol Arwan pastikan narasi video itu tidak benar. Arwan tak tahu kapan dan di mana kejadiannya terjadi. Ia meminta masyarakat cek kebenarannya sebelum menyebarkan. Intinya, dia meminta masyarakat untuk jangan mudah terhasut dengan berita-berita yang belum pasti kebenarannya.

Di media sosial, munculnya video viral seperti itu tak terelakkan. Membuat heboh masyarakat tapi belum tentu kebenarannya.  Seperti beberapa kejadian yang terjadi sebelumnya. Masyarakat atau oknum yang menyebarkan video serupa mengaku bermaksud baik, membuat masyarakat waspada dan berhati-hati menyoal “maraknya” berita penculikan anak. Hanya saja, menjadi kontraproduktif ketika berita yang disebarkan itu tak jelas kebenarannya ditambah dengan bumbu narasi yang juga tidak pas.

Terkait hal semacam ini, menjadi penting bagaimana nalar dinyalakan. Para orang tua, dan orang dewasa perlu memahami betul bagaimana kehati-hatian diperlukan. Media sosial (Medsos) adalah rimba raya informasi yang jika tak hati-hati kita sendiri yang bakal dimangsa oleh orang-orang yang tidak bertanggung-jawab. Misalnya, bakal dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu dengan kepentingan masing-masing. Alih-alih melindungi anak, yang terjadi misalnya sikap yang terlalu berlebihan. Di kota tertentu (saya tak perlu sebut daerahnya), seorang ibu dibakar  oleh seseorang karena diduga menculik anak. Kejadian turunan semacam ini tentu tidak kita inginkan. Main hakim sendiri, bagaimanapun juga tak dibenarkan, bahkan jika memang benar sekalipun kejadiannya.

Di sisi lain, media  arus utama (mainstream) punya peran penting.  Tak hanya sekadar mengamplifikasi video viral di media sosial (medsos) semata dan hanya menambah kehebohan semata. Tapi, kita perlu  mengembangkan apa yang disebut Jacob Utama (2003) sebagai reportase interpretasi. Reportase yang mendalam, investigatif dan komprehensif. Reportase yang bukan sekadar  mengabarkan fakta menurut kejadiannya. Tapi disertai latarbelakang, proses dan riwayatnya.  Dicari interaksi tali-temalinya.

Bagi wartawan, tentu hal ini merupakan kemewahan, pekerjaan rumah sekaligus tantangan tersendiri.  Tak banyak media yang memberikan ruang bagi wartawan untuk mencurahkan pikiran-pikirannya, menafsirkan fakta menjadi punya makna dan bermanfaat bagi pembaca. Kenyataan tak terelakkan, kini seolah wartawan dituntut untuk mengabarkan fakta secepatnya, sebanyak mungkin dan kalau bisa lebih viral dari informasi di media sosial (medsos).

Hanya saja, khusus terkait video viral penculikan anak ini, sebaiknya memang tak mudah percaya begitu saja terhadap narasi-narasi di media sosial (medsos). Untuk kasus ini, memang lebih aman kita mempercayai pemberitaan-pemberitaan  melalui media-media  profesional.  Diakui sebagai sebuah media oleh Dewan Pers serta secara kinerja teruji dalam soal penerapan kaidah jurnalistik yang standar. Semua itu demi menjaga akal sehat bermedia kita. []