Beranda » Kolom Komunikasyik » Media Sosial Tak Sekadar Medan Perang

Media Sosial Tak Sekadar Medan Perang

T Diposting oleh pada 7 Juni 2021
F Kategori
b Komentar Dinonaktifkan pada Media Sosial Tak Sekadar Medan Perang
@ Dilihat 888 kali

 

Media Sosial Tak Sekadar Medan Perang
Oleh: Yons Achmad
(Praktisi Komunikasi. CEO Komunikasyik.com)

“Media sosial itu medan perang Bung, kau bakal terlibat pertempuran di sana,” kata kawan. Seorang pemimpin redaksi sebuah media online. Saya sependapat dengan pernyataan demikian. Tapi, saya juga punya pemikiran lain. Media sosial barangkali memang medan perang, tapi tak sekadar itu.

Bagi mereka penganut komunikasi profetik, kehadiran media sosial memang bisa berfungsi semacam itu, sebagai medan perang.  Selaras pengertiannya bahwa komunikasi profetik adalah komunikasi berbasis kenabian (nabawiyah) dengan Al-Quran sebagai inspirasi utamanya. Di dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 110 disebutkan bahwa “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar, dan beriman kepada Allah…”

Kehadiran media sosial juga bisa dijalankan semacam itu. Menjadi medan pertempuran dalam mengkampanyekan beragam kebaikan, mencegah beragam upaya perusakan baik politik, sosial, budaya maupun ilmu pengetahuan serta mendorong netizen (warganet) untuk punya orientasi ketuhanan dalam segala tindak tanduknya agar tidak liar dalam bermedia. Itu adalah proyek keumatan yang tak boleh dilupakan.

Hanya saya kira, kita juga perlu melongok media sosial secara filosofis. Bagaimana kita memandang dan memperlakukan media sosial  untuk kebaikan diri. Sebagai medan perenungan di tengah arus informasi yang begitu riuh ini. Agar kita juga punya otensitas (keaslian) diri sehingga kita tahu siapa diri kita, potensi terbaik, sekaligus andalan kontribusi (amal) nya.

Dalam bermedia sosial, modal pertama adalah ketenangan dan kebahagiaan diri. Kalau modal utamanya adalah kebencian dan semangat menjatuhkan orang atau kelompok tertentu, maka hasilnya bisa kita lihat seperti sekarang ini. Media sosial  sekadar menjadi media “adu jotos” tanpa basis argumen, fakta atau khazanah pemikiran intelektual yang cukup. Ini mengerikan.

Itu sebabnya, kita perlu berhenti sejenak. Melongok ke dalam diri, setidaknya merawat akal dan hati agar tiap hari bahagia, terutama ketika bermedia sosial, agar lanskap media sosial kita lebih bermutu, intelek dan beradab.

Filsuf  Kierkegaard pernah menulis tentang “The Unhappiest Man”, di mana dia mengidentifikasi manusia tidak bahagia sebagai orang yang selalu absen untuk dirinya sendiri, tidak pernah hadir untuk dirinya sendiri di masa sekarang. Dia terombang-ambing pada kenangan silam dan bayangan indah masa depan, hasilnya, menghalangi partisipasi aktif di masa sekarang.

Maka, kita perlu mengamini penerimaan diri. Merawat kebahagiaan diri di tengah ketidakberesan lingkungan terdekat maupun lingkungan media sosial. Mengenali diri terutama potensi yang bisa diandalkan sebagai kontribusi (amal). Dengan begitu ia secara sadar bisa membangun dunianya sendiri tanpa melupakan konteks mewujudkan dunia global yang lebih baik.

Dalam kesempatan ini, mengikuti logika media sosial sebagai medan perang, saya kira kita memang perlu terlibat. Sebagai upaya transformasi mewujudkan dunia yang lebih baik. Tapi, kita juga perlu melongok ke dalam diri. Agar bisa menggunakan media sosial dengan aura kebahagiaan, bukan kebencian. Sehingga, wajah media sosial kita semakin sejuk, intelek dan beradab. Demikian. []

Komentar dinonaktifkan: Media Sosial Tak Sekadar Medan Perang

Maaf, form komentar dinonaktifkan untuk produk/artikel ini

a Artikel Terkait Media Sosial Tak Sekadar Medan Perang

Penghapusan Mural Ironi Demokrasi

T 20 Agustus 2021 F A admin

Penghapusan Mural Ironi Demokrasi Oleh: Yons Achmad (Pengamat Komunikasi. CEO Komunikasyik) “Saya kangen di demo, pemerintah perlu ada yang kontrol” kata Jokowi  sambil cengegesan dalam kampanyenya yang tayang di media suatu ketika. Saat berlangsung acara, tepuk tangan membahana menyambut ucapan... Selengkapnya

Bahasa Cinta

T 13 Oktober 2021 F A admin

Bahasa Cinta Oleh: Yons Achmad (Praktisi Komunikasi Profetik) Saat di depan cermin “Ayah, aku cantik nggak?” “Cantik he he..” “Yah, nggak tulus nih.” Bahasa cinta. Saya tak pandai mengungkapkannya. Bahkan, ketika saya pertamakali kenal dengan seorang perempuan istimewa yang kini... Selengkapnya

Pengamat Media: Arah Media Islam

T 1 Februari 2021 F A admin

Arah Media Islam Oleh:Yons Achmad (Pengamat media. CEO Komunikasyik.com) Media Islam apa yang saat ini menjadi rujukan ideal umat Islam? Sulit menjawabnya. Tapi, mungkin Republika bisa menjadi pertimbangan rujukan. Lantas, bagaimana kalangan Islam mengobati dahaga informasi terkini terkait beragam isu... Selengkapnya

+ SIDEBAR

Ada Pertanyaan? Silakan hubungi kami untuk informasi lengkapnya.

Talkshow Komunikasyik: Kreativitas Digital Raih Finansial

Talkshow Komunikasyik: Komunikasi Wisata Pandemi

Talkshow Komunikasyik: Berkomunikasi dengan Al-Quran