Beranda » Kolom Komunikasyik » Komunikasi untuk Resiliensi

Komunikasi untuk Resiliensi

T Diposting oleh pada 18 Januari 2021
F Kategori
b Komentar Dinonaktifkan pada Komunikasi untuk Resiliensi
@ Dilihat 939 kali

Sebuah kampus Ilmu Komunikasi di Jawa Tengah, merayakan hari jadinya dengan mengangkat sebuah tema “Komunikasi untuk Resiliensi.” Saya kira, tema demikian sangat relevan dengan era pandemi yang masih kita hadapi sekarang ini. Kenapa? Ketika banyak orang secara tiba-tiba menghadapi beragam masalah dan kesulitan. Di saat itulah, bagaimana seseorang mengambil sikap sangat menentukan apakah kemudian bisa bertahan, bangkit dan melalui masa-masa sulitnya. Atau malah menjadi tumbang dan hancur lebur.

Resiliensi sendiri adalah istilah populer dalam dunia psikologi. Sebuah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam kondisi sulit. Banyak hal yang disarankan untuk bisa memiliki kemampuan semacam itu.

Para ahli psikologi bersepakat setidaknya ada 7 cara agar bisa melakukannya. Diantaranya, regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan peningkatan aspek positif. Mereka juga sepertinya bersepakat bahwa setiap individu mustahil memiliki keseluruhan kemampuan tersebut dengan baik.

Tapi, setidaknya beberapa diantaranya bisa diterapkan untuk membantu resiliasi diri. Untuk bisa bangkit dari keadaan, melihat beberapa aspek di atas, saya tertarik dalam soal regulasi emosi. Ya, kondisi emosi yang dikendalikan dengan baik, bakal membantu seseorang ke luar dari permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Tentu dengan sebuah solusi yang baik, bukan sebaliknya.

Dalam pengelolaan emosi ini, konon ada dua hal penting yang mesti diperhatikan, yaitu ketenangan (calming) dan fokus (focusing). Ketenangan dalam menghadapi masalah dan fokus kepada solusi, bukan pada masalah itu sendiri. Selanjutnya apa? Saya kira semua itu perlu dikomunikasikan, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Intan Savitri, Doktor psikologi Universitas Indonesia pernah mengembangkan apa yang disebut dengan “Narrative Writing Therapy”. Dalam pandangannya, memaknai hidup dengan menuliskannya bisa menjadi salah satu solusi dalam meringankan beban berat yang kita hadapi. Di sini, kita belajar menceritakan apa yang kita alami, merasakan peristiwa yang kita alami, belajar memaknai dan kemudian menemukan jalan untuk melewati semuanya.

Itu jalan komunikasi diri yang bisa kita tempuh. Ketika kita sudah selesai dengan diri sendiri, maka saatnya berkomunikasi dengan orang lain diperlukan. Sebab, seberapa besar masalah yang kita hadapi. Seberapa berat beban masalah yang kita pikul, bakal terselesaikan jika dikomunikasikan. Kepada orang yang tepat, kepada lembaga yang tepat. Ke semuanya itu barangkali sebuah metode ilmu pengetahuan “Barat” yang dikembangkan untuk ikut berkontribusi sebagai basis teori maupun panduan dalam meyelesaikan problem psikologi manusia.

Tapi, apa yang kurang dari semua itu? Jelas. Sentuhan aspek religi. Bagi seorang muslim, sebuah ketenangan bisa didapatkan ketika dia mau kembali berkomunikasi dengan Tuhannya (Allah). Kalau banyak orang melakukan meditasi, seorang muslim bisa menempuh jalan keheningan agar bisa melongok ke dalam diri. Salah satunya adalah shalat tahajud di keheningan malam.

Di situlah ketenangan didapatkan dan jawaban ke luar dari beragam permasalahan bisa kita temukan. Itulah salah satu jalan yang bisa kita tempuh untuk melalui semua itu. Terakhir, baru kita percayai apa yang orang sering sebut sebagai optimisme. Ya, itulah jalan membangkitkan harapan. Kenapa harus optimistis? Jelas, karena pesimisme tidak akan pernah menghasilkan apa-apa.

(Yons Achmad. Praktisi Komunikasi. CEO Komunikasyik.com)

Komentar dinonaktifkan: Komunikasi untuk Resiliensi

Maaf, form komentar dinonaktifkan untuk produk/artikel ini

a Artikel Terkait Komunikasi untuk Resiliensi

Etika Seorang Youtuber

T 27 Mei 2021 F A admin

Etika Seorang Youtuber Oleh: Yons Achmad (Praktisi Komunikasi. CEO Komunikasyik.com) Ketika seseorang telah yakin sebuah pekerjaan menjadi profesinya, maka etika akan menyertainya. Ini bukan tentang soal benar atau salah, tapi soal pantas atau tidak pantas. Bagaimana dia memandang sesuatu itu... Selengkapnya

Prostitusi Online  Michat, Siapa Peduli?

T 31 Januari 2023 F A admin

Prostitusi Online Michat, Siapa Peduli?Oleh: Yons Achmad(Ketua Gerakan Penyiaran Ramah Anak/GEPRA. Pendiri Komunikasyik.com) Alkisah seorang perempuan  di Sukoharjo  umur 14 tahun (Siswa SMP) dibunuh  seseorang.  Belakangan diketahui pelaku mengenal korban di aplikasi kencan Michat. Pelaku mengaku membunuh karena tidak puas... Selengkapnya

Silaturahmi yang Maknawi

T 10 Mei 2022 F A admin

We cannot not communicate, itu salah satu aksioma dasar komunikasi. Bahwa sebagai manusia, kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Bahkan, ada yang percaya, termasuk saya, tak peduli sebesar apapun masalah yang menimpa, akan selesai jika dikomunikasikan. Maka, momentum lebaran, banyak yang... Selengkapnya

+ SIDEBAR

Ada Pertanyaan? Silakan hubungi kami untuk informasi lengkapnya.

Talkshow Komunikasyik: Kreativitas Digital Raih Finansial

Talkshow Komunikasyik: Komunikasi Wisata Pandemi

Talkshow Komunikasyik: Berkomunikasi dengan Al-Quran