Komunikasi Tiga Langkah

komunikasyik

Anda ingin bertemu Presiden? Bisa. Cukup tiga langkah. Anda mengusahakan sebuah kawan yang punya jejaring luas. Seseorang ini tentu bisa Anda usahakan sebagai proses langkah pertama. Lantas, bayangkan orang ini punya teman staf khusus presiden. Lalu Anda misalkan keluarkan keinginan untuk bisa bertemu presiden untuk membicarakan ide atau gagasan menarik. Sekian waktu kemudian, Anda kemungkinan besar bisa bertemu presiden. Itulah komunikasi tiga langkah. Masih belum bisa dipahami? Kita ambil contoh lain.

Anda ingin bertemu tokoh lain? Sebut saja Sandiaga Uno. Saya ngobrol sama istri. “Bund punya kenalan orang OK OCE nggak?” “Kenal, ” katanya. Bagus. Lalu saya membangun hubungan baik dengan teman istri tersebut, sebut saja beliau salah satu direktur di OK OCE. Lalu, saya mengutarakan maksud ingin bertemu Sandiaga Uno. Dalam rangka apa? Saya kebetulan menuliskan buku klien dengan judul “Sanditrack”. Bermaksud ngasih buku itu ke beliau sambil bertukar gagasan mengenai program-program kesejahteraan yang  bisa dijalankan.  Bayangkan akhirnya bisa bertemu dengan tokoh itu. Begitulah komunikasi tiga langkah.

Komunikasi tiga langkah adalah salah satu strategi membangun jejaring. Bukan untuk kepentingan pribadi semata, tapi untuk sinergitas gerak. Kenapa harus tiga langkah? Tidak harus. Tapi, kalau kita bukan siapa-siapa tentu sangat sulit misalkan bertemu presiden atau tokoh semacam Sandiaga Uno dengan satu langkah saja. Tapi, karena kita punya kawan “penghubung”, maka perjalanan silaturahmi itu semakin memungkinkan untuk terjalin.

Ini memang  bukan bicara tentang teori komunikasi yang dipelajari di kampus-kampus Ilmu Komunikasi, tapi tentang pengalaman pribadi yang saya jalani. Sebuah strategi yang bisa dijalankan oleh siapa saja. Hanya saja, dari pengalaman kecil, kalau komunikasi hanya mengedepankan ego semata, alias terlalu menonjolkan kepentingan pribadi saja, biasanya gagal, bahkan sebelum kita bertemu dengan orang  atau lembaga untuk kerja-kerja kolaborasi.

Artinya apa. Pada akhirnya, komunikasi bukan persoaalan kepentingan pribadi. Tapi soal berbagi. Terkait soal ini saya tak akan bicarakan lebih jauh, Anda bisa menafsirkannya sendiri. Tapi, sederhananya, kalau Anda ingin menjalin komunikasi, hanya semata Anda ingin sesuatu pada orang atau lembaga tertentu, maka motif komunikasi semacam itu mesti direvisi. Mindset (pola pikir) nya harus diubah. Bagaimana dengan jalinan komunikasi, sama-sama mendatangkan kemanfaatan, bagi orang atau lembaga itu dan tentu juga kebaikan bagi diri kita. Begitulah sebaiknya.

Pripsip gampangnya, kalau kita ingin bertemu tokoh tertentu, menghadap ke lembaga tertentu. Cukup dengan maksimal tiga langkah, bangun hubungan atau komunikasi dengan orang atau lembaga yang berbeda. Itu yang normal.  Kalau Anda punya semacam “privelege” bahkan bisa atau memungkinkan cukup dengan dua langkah saja.  Hanya, yang menjadi masalah, kadang ya itu tadi. Kita berhasil bertemu dengan seseorang atau lembaga tertentu, tapi kemudian tak terjadi kolaborasi, kenapa?

Karena faktor ketidaksamaan kepentingan. Masing-masing mungkin memaksakan kepentinganya. Sehingga, kolaborasi tidak terjadi. Maka, pada akhirnya, komunikasi tiga langkah itu hanya soal strategi. Lebih penting lagi adalah soal mindset (cara berpikir) tentang komunikasi itu sendiri. Nah, Anda siap bangun komunikasi tiga langkah?

Salam Komunikasyik

Yons Achmad
Praktisi Komunikasi
CEO Komunikasyik.com
082123147969