Giving is the Best Communication

 

20220714 124814

Giving is the Best Communication
Oleh: Yons Achmad
(Praktisi Komunikasi. Pendiri Komunikasyik.com)

Orang boleh pintar setinggi langit. Di media sosial, sering kita lihat bagaimana proses pencapaian seseorang dalam dunia akademik. Mulai dari S1 yang lulus cumlaude, lanjut mendapatkan beasiswa S2 di kampus mentereng luar negeri, sampai mendapat gelar Phd alias Doktor. Membuat banyak orang kagum atas pencapaiannya. Menjadi inspirasi dan rujukan mahasiswa.

Ada pula, seorang mahasiswa yang biasa saja. Lulus dari kampus dengan nilai pas-pasan. Tapi, dalam karir dan bisnisnya begitu melejit. Di media sosial, diperlihatkan bagaimana kesuksesan itu dihadirkan. Mobil teranyar, rumah yang lumayan mewah plus sering jalan-jalan ke luar negeri. Menjadi inspirasi bagi pengusaha pemula bagaimana “kiat” dan strategi menjadi seperti itu.

Ada lagi seorang politisi. Awalnya, di kampus biasa saja penampakannya. Tapi, di gerakan mahasiswa begitu menonjol. Karir mulai dari tingkat komisariat sampai level pengurus pusat. Masuklah kemudian ke partai politik. Mencoba menjadi anggota dewan. Usaha pertama gagal, baru kali ketiga usahanya berhasil.

Semua cerita di atas kerap kita dengar. Sebuah cerita kesuksesan duniawi, keberhasilan seseorang. Memang, bisa menginspirasi banyak orang. Betul, dengan kesuksesannya, banyak orang yang kemudian misalnya bisa terbantu dengan kehadirannya. Tapi, sepanjang kesuksesan itu hanya dimilikinya sendiri, tidak bisa menyentuh seseorang. Maka, kehadirannya ya biasa saja. Tanpa ada kesan.

Saya pernah punya kenalan orang berpendidikan tinggi tapi pelit sekali berbagi ilmu, punya “teman” pengusaha yang kaya raya (menurut saya) tapi susah sekali “kecipratan” dikit, juga punya “kawan” politisi yang punya banyak akses tapi tak mau membukakan sedikit saja akses untuk saya. Di lain kisah, saya juga punya rekan Doktor yang kalau saya silaturahmi selalu terbuka, rela meminjamkan buku-buku terbaiknya, ada teman pengusaha baik yang selalu membantu, ada juga politisi yang selalu bukakan jalan untuk saya. Itu sebabnya, saya berpikir, apakah ini yang disebut dengan “Giving is the best Communication”? Dengan kita memberi, ilmu, akses, materi (walau tak banyak) menjadikan hubungan lebih terasa maknanya. Itulah barangkali rahasia terbesar komunikasi.

Ilustrasi di atas, mungkin tak selalu tepat menjadi contoh. Hanya saja, intinya begini. Orang tidak terlalu peduli kita jadi Doktor, jadi pengusaha yang sukses, jadi politisi yang berhasil. Ini urusan diri sendiri. Hanya saja, ketika sedikit tersentuh saja, orang mendapat sentuhan, menjadikan semuanya lebih cair. Ini yang kemudian pelan-pelan saya praktikkan. Berusaha memberi, dalam kondisi lapang maupun sempit.

Bagi yang levelnya tinggi, kontribusinya juga bakal dahsyat. Hanya saja, tak menutup kemungkinan, ketika bisnis masih biasa saja, sekolah juga tidak tinggi-tinggi amat, bukan pejabat tapi berhasil “memberi”, maka, kesan itulah yang bakal dikenang seseorang.

Misalnya, membantu buku-buku atau jurnal ketika teman sedang skripsi atau tesis, membantu teman walau sedikit ketika mereka benar-benar sedang kesusahan, membantu membukakan akses ke lembaga atau personal, memberi nasihat dari hati ke hati lewat jalur pribadi, bukan lewat jalur umum (medsos), atau sekadar menengok teman yang sedang sakit, maka yakinkah, kenangan itu bakal ada. Bakal teringat sepanjang hidup.

Itulah sebaik-baik komunikasi kita dengan seseorang. Ya, memberi itu sebaik-baik komunikasi. Mungkin, orang itu tak bakal membalas kebaikan langsung, tapi kebaikan dan bantuan bakal datang dari segala penjuru ketika kita sedang kesusahan jika kita tak lelah memberi, percayalah. Tentu atas izin Tuhan, atas izin Allah. Inilah secuil rahasia hidup yang perlu mendapat perhatian.

NB: Mau cetak kaos sablon satuan? Bisa cetak kata-kata dan gambar sesukanya. Ya di komunikasyik.com aja ^-^