Ganjar Bisa Dikejar

ganjar vs anies

Ganjar Bisa Dikejar
Oleh: Yons Achmad
(Pengamat Komunikasi. Pendiri Komunikasyik.com)

Ganjar (Ganjar Pranowo) adalah capres paling potensial untuk menang pada pilpres 2024 mendatang. Apa alasannya? Jelas, didukung oleh PDI Perjuangan, partai pemenang pemilu, Ia juga bagian dari rezim pemerintahan sekarang, sekaligus didukung penuh oleh Jokowi (Presiden RI). Dibeberapa survei, popularitas dan elektabilitas Ganjar memukau. Sementara, media besar seperti Kompas TV dan Koran Kompas sudah terang-terangan dan gamblang cenderung berpihak kepada Ganjar. Pertanyaannya, apakah Ganjar bisa dikejar dan bisa kalah di pilpres 2024 mendatang? Jawabnya adalah bisa.

Kita bisa belajar dari arogansi Ahok (Basuki Tjahja Purnama) di pilkada Jakarta tahun silam. Dia didukung oleh hampir semua partai. Semua mesin politik partai bekerja, logistik “tak terbatas’, buzzer-buzzer politik dikerahkan dengan dukungan membabi-buta, tokoh-tokoh muslim “Sipilis” (Sekuler, pluralis, liberal) “disewa” sebagai relawan untuk membenarkan pencalonannya dengan dalil-dalil agama sekenanya. Nyatanya keok juga. Kenapa bisa kalah? Bukan karena kasus “surat Al-Maidah”, tapi karena memang dia semena-mena terhadap rakyat dengan misalnya melakukan penggusuran-penggusuran tanpa ampun plus masyarakat tak menyukai gaya bicara Ahok yang kotor. Rakyat kecil marah, tak memilihnya. Ahokpun kalah. Dalam sastra, Prof. Kuntowijoyo pernah melukiskan fenomena demikian lewat kumpulan cerita “Pelajaran Pertama Bagi Calon Politisi”. “Jangan sia-siakan orang lemah, dia akan bekerja sama meski dengan siluman sekalipun”.

Lantas, apa kabar Ganjar? Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan elektabilitas Ganjar Pranowo lebih tinggi dibandingkan Prabowo Subianto maupun Anies Baswedan. Survei dilakukan 25-28 April 2023. Hasilnya, Ganjar mendapatkan elektabilitas sebesar 20,8 %, Prabowo 15,8 %, Sementara Anies Baswedan 11,4 %. Hasil survei Indopol Survey & Consulting yang dilakukan pada 16-24 Maret 2023 menyebutkan Ganjar memperoleh 26,9 %, Prabowo 16,3 % sementar Anies Baswedan 9,8 % sementara yang lain di bawah 5%. Sebagai calon pendamping Ganjar, menurut survei Litbang Kompas 25 Januari-4 Februari 2023, sosok Sandiaga Uno menjuarai klasemen papan atas sebagai cawapres.

Pertanyaannya, siapa yang bisa kejar Ganjar? Prabowo mungkin bisa. Istana sepertinya juga mendukung Prabowo walau setengah-setengah. Kalau benar resmi jadi capres, misalnya kelak dengan Cak Imin (PKB) sebagai cawapresnya, potensi menang dan bisa kejar Ganjar sangat mungkin. Di sini, suara NU bakal masuk. Sementara semisal Ganjar-Sandi sulit mendapatkan dukungan basis massa NU, kecuali kalau wakilnya kelak dari unsur NU. Apakah Anies bisa kejar? Ya sangat mungkin. Jika rakyat bergerak, Anies bisa menang. Apalagi dia bukan bagian kekuasaan dan rezim sekarang. Potensi ini sangat mungkin bisa meyakinkan publik bahwa Anies bisa membawa angin perubahan yang sangat berbeda dengan rezim sekarang. Beda kalau Ganjar atau Prabowo yang kelak menang, kondisi pasti tak jauh beda dengan era sekarang.

Membaca peta sederhana demikian, tentu Anies Baswedan saya kira punya peluang yang menjanjikan. Tak mudah jalannya memang. Mendapat dukungan Nasdem, selain modal politik yang menarik, tentu “modal media” juga tak kalah pentingnya. Metro TV dan Group Media Indonesia tentu menjadi “corong” penting mendapatkan atensi publik. Dukungan Demokrat, bagus, walau peta politik masih cair. Bagi Demokrat, saya kira pragmatisme politiknya kental sekali terlihat. Mereka akan masuk ke dalam lingkaran koalisi asalkan “Adinda” Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berpotensi jadi calon wapres. Sepragmatis itu. Bagi Anies Baswedan, sebenarnya yang paling besar sepertinya dukungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), kesolidan kader partai ini dalam mendukung calon yang diusung tak perlu diragukan lagi. Militansi kader yang bergerak di bawah benar-benar bisa diandalkan untuk bisa meraup suara serta mengawal suara sampai ke pusat.

Tantangan besar bagi kubu Anies Baswedan sekarang, selain terus bermain ditataran elit untuk mendapatkan dukungan partai lain, yang paling penting tentu strategi komunikasi. Anies Baswedan perlu didukung dengan semakin banyak lagi “Jubir Rakyat”, relawan-relawan yang “mensosialisasikan” ide-ide besar dan rekam jejak (track record) Anies Baswedan ketika memimpin, termasuk di Jakarta. Hal ini sebagai modal penting dalam debat dengan Ganjar dalam tema yang sama. Bagaimana kinerja keduanya saat memerintah di daerah kekuasaannya masing-masing.

Saya memprediksi dalam perjalanan kampanye kelak, Ganjar akan memakai “Identitas Islam” untuk meraih dukungan, khususnya kalangan muslim NU pedesaan. Akan semakin rajin mengunjungi pesantren-pesantren, sowan kiayi, pencitraan ibadah, termasuk rajin memakai kopiah hitam. Tak terhindarkan. Sementara, Anies Baswedan saya kira sudah selesai dengan perkara demikian. Justru, satu-satunya “jualan” yang bisa ditawarkan adalah ide-ide perubahan untuk Indonesia 5 tahun mendatang dan rekam jejak politik pemerintahan. Hanya dengan inilah Anies Baswedan bisa mengejar ketertinggalan. Tentu semuanya itu bakal keteteran tanpa didukung “Jubir-Jubir Rakyat” yang kompeten, santun dan punya intelektualitas yang cukup dalam menyusun argumen. []