Beranda » Kolom Komunikasyik » Anies Baswedan, Semakin Diserang Semakin Besar

Anies Baswedan, Semakin Diserang Semakin Besar

T Diposting oleh pada 11 Juni 2022
F Kategori
b Komentar Dinonaktifkan pada Anies Baswedan, Semakin Diserang Semakin Besar
@ Dilihat 425 kali

Pemilu masih jauh. Tapi, politik kotor sudah muncul. Kali ini, serangan ditujukan ke Anies Baswedan. Salah satu kandidat potensial capres 2024. Gagal melakukan kampanye pembusukan di event Formula E, kini gencar melakukan kampanye berbau fitnah yang benar-benar tidak sehat. Apakah ini dilakukan oleh barisan sakit hati di pilkada DKI tahu lalu? Entahlah. Yang pasti, berkat Anies menang di pilkada DKI, reklamasi yang bakal hadirkan hunian baru berupa banyak apartemen dan pertokoan distop, tak berlanjut. Kota baru yang digembar-gemborkan bernama “Meikarta” menjadi ambudarul. Itu hanya beberapa contoh saja.

Kini, kampanye berbau fitnah, dalam istilah yang disampaikan Guru Besar UMS, Prof. Aidul Firiciada sebagai kampanye menjual atau mempromosikan ketakutan (fear mongering) dihadirkan kembali. Kampanye sendiri, menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tentang pemilihan umum DPR, DPD, DPRD, diartikan sebagai kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program peserta pemilu. Pada dasarnya kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Melihat definisi demikian, pembusukan politik berbau fitnah bukan bagian dari kampanye politik.

Kasus nyatanya seperti apa sih? Dari pengamatan sepintas. Ada tiga kasus yang muncul secara berurutan setelah kampanye pembusukan Anies di event Formula E gagal total. Kali ini, berusaha menggunakan strategi “Nabok nyilih tangan”. Memakai tangan orang lain, atau orang yang sengaja dipakai untuk menghancurkan Anies. Tak tanggung-tanggung, catut ormas yang sudah dibubarkan Jokowi seperti FPI dan HTI. Ada kasus FPI Reborn yang dukung Anies padahal itu FPI palsu, Deklarasi dukung Anies di hotel Bidakara, Jakarta yang aktornya mengaku mantan HTI dan FPI padahal mantan tim sukses “01” pada pilpres tahun lalu dan pendukung Ahok jadi komisaris BUMN, kasus ini konon sempat diwarnai pengibaran bendera “Tauhid”. Terakhir dukungan Gema Pembebasan, sayap HTI yang ternyata juga palsu. Sungguh, sebuah kotradiksi. Maunya apa orang-orang ini. Intinya apa? opini dihembuskan, Anies didukung ormas terlarang FPI, HTI, pro khilafah dst.

Saya melihat fakta demikian pemandangan politik yang tidak sehat. Pilpres masih jauh saja, cara-cara kotor demikian sudah dipakai. Maka, tak menutup kemungkinan cara-cara yang lebih brutal lagi bakal dihadirkan. Ada yang menganggap ini permainan opini publik. Tapi saya kira bukan begini caranya. Opini publik merefleksikan proses dinamis di mana ide-de diekspresikan.

Memang, dalam praktik komunikasi kontemporer, para praktisi public relations merasa sah menggalang atau merekayasa opini publik (reingering of public opinion). Termasuk menyusun agenda setting, menyusun skenario mengangkat topik tertentu sebagai bahan publikasi. Tapi, ketika itu sudah berbau fitnah, maka tentu saja jelas melanggar etika komunikasi (PR).

Sebagai warga negara yang baik, tentu saja tak bisa melarang para kandidat presiden berkampanye lebih awal, termasuk mengerahkan relawan dan buzzer-buzzer politiknya lebih awal pula. Tapi, cara-cara yang lebih elegan, bijak dan beretika meski dikedepankan. Mungkin ada yang bilang ini usulan terlalu normatif dan naif dalam politik. Tapi, saya kira publik harus terus mendorong iklim politik yang lebih sehat dan mencerdaskan.

Kita, sebagai publik, warga negara yang melek media, melek politik, melek medsos. Harus berani speak up, katakan tidak untuk kampanye-kampanye palsu yang berbau fitnah semacam ini. Kalau ternyata masih terjadi, percayalah, Anies Baswedan, semakin diserang, malah justru semakin besar. Publik tidak bakal bersimpati dengan kampanye kotor, berbau fitnah dan menghalalkan cara semacam ini, percayalah !

(Yons Achmad. Praktisi Komunikasi. CEO Komunikasyik.com)

Komentar dinonaktifkan: Anies Baswedan, Semakin Diserang Semakin Besar

Maaf, form komentar dinonaktifkan untuk produk/artikel ini

a Artikel Terkait Anies Baswedan, Semakin Diserang Semakin Besar

Kearifan Komunikasi Digital

T 5 Juni 2023 F A admin

Kearifan Komunikasi DigitalOleh:Yons Achmad(Konsultan | Mediator | Founder Komunikasyik.com) Media Sosial (medsos) adalah medan perang. Itulah wajah menonjol dunia digital  dalam keseharian kita. Di sana, banyak kepentingan (politik) diperebutkan. Masing-masing memainkan opini dengan beragam argumen. Sementara, di dunia pemasaran digital... Selengkapnya

Etikabilitas Pilpres 2024

T 9 Agustus 2023 F A admin

Etikabilitas Presiden 2024Oleh: Yons Achmad(Pengamat Komunikasi. Founder Komunikasyik.com) Istilah etikabilitas belum masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Artinya, barangkali memang istilah baru atau istilah lama tapi begitu sangat minim perhatian. Tak pernah digunakan. Maka, izinkan saya untuk mengangkat (kembali)... Selengkapnya

Komunikasi Empati Atas Tragedi

T 11 Januari 2021 F A admin

Awal tahun tragedi kembali terjadi. Kali ini tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 yang memakan banyak korban jiwa. Setiap datangnya tragedi, saat itu juga empati kita diuji. Empati yang paling berkontribusi (berguna) tentu saja sebuah aksi.... Selengkapnya

+ SIDEBAR

Ada Pertanyaan? Silakan hubungi kami untuk informasi lengkapnya.

Talkshow Komunikasyik: Kreativitas Digital Raih Finansial

Talkshow Komunikasyik: Komunikasi Wisata Pandemi

Talkshow Komunikasyik: Berkomunikasi dengan Al-Quran